
BERANDANURANTARA.CO.ID, TANJUNG SELOR – Ada pemandangan menarik saat peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia di Lapangan Agatis, Tanjung Selor, Ahad (17/8) pagi. Gubernur Kalimantan Utara, Dr. H. Zainal Arifin Paliwang, S.H., M.Hum., memilih datang menuju lokasi upacara pengibaran bendera dengan mengendarai skuter listrik, bukan mobil dinas mewah berpelat merah sebagaimana lazimnya pejabat.
Langkah sederhana itu sontak menyedot perhatian publik. Bagi sebagian orang, mungkin hanya dianggap gaya atau sekadar gimmick perayaan. Namun, jika ditelaah lebih dalam, ada pesan kuat yang bisa dimaknai dari pilihan Dr. Zainal Arifin Paliwang tersebut.
Pertama, pesan tentang kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat. Seorang gubernur yang biasanya dikelilingi protokoler ketat, kali ini hadir dengan moda transportasi yang terjangkau dan akrab di mata masyarakat. Skuter listrik bukan hanya kendaraan, tetapi simbol bahwa pemimpin bisa merakyat, hadir di tengah publik tanpa sekat berlebihan.
Kedua, komitmen pada isu lingkungan. Di tengah meningkatnya kesadaran global soal energi bersih, penggunaan skuter listrik adalah representasi kecil dari semangat beralih pada energi ramah lingkungan. Pada momen Proklamasi yang ke-80 di Lapangan Agatis, Tanjung Selor, simbol ini seolah menegaskan bahwa perjuangan bangsa tidak lagi semata-mata soal kemerdekaan politik, melainkan juga bagaimana menjaga keberlanjutan bumi yang kita warisi.
Ketiga, pesan tentang perubahan zaman. Jika pada masa lalu simbol kekuasaan ditunjukkan lewat kendaraan dinas dan iring-iringan panjang, kini justru kesederhanaan dan kepedulian lingkungan menjadi ukuran baru kewibawaan seorang pemimpin. Dr. Zainal Arifin Paliwang dengan skuter listriknya seolah ingin berkata: “Kemerdekaan berarti kita bebas memilih jalan baru, termasuk dalam gaya hidup yang lebih sederhana, efisien, dan peduli pada masa depan.”
Tentu, langkah ini tidak bisa dilihat sebatas simbol semata. Tantangan sesungguhnya adalah bagaimana pesan dari skuter listrik itu diwujudkan dalam kebijakan konkret: mulai dari mendukung ekosistem transportasi ramah lingkungan di Kaltara, mendorong energi terbarukan, hingga menciptakan ruang kota yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Di usia 80 tahun kemerdekaan, bangsa ini memang butuh lebih dari sekadar upacara. Ia butuh teladan, simbol, sekaligus keberanian untuk keluar dari kebiasaan lama. Dan di Lapangan Agatis, Tanjung Selor, pagi itu, Dr. H. Zainal Arifin Paliwang, S.H., M.Hum., telah memberi isyarat bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil—bahkan dari pilihan kendaraan menuju upacara. (HI)